Footer


*WANITA & ISLAM*WANITA & ISLAM*WANITA & ISLAM*

Cursor

SAHABAT WANITA ISLAM

Tuesday 14 June 2011

Bidadari Surga, Ainul Mardiyah

Dalam suatu kisah yang dipaparkan Al Yafi’i dari Syeikh Abdul Wahid bin
Zahid, dikatakan: Suatu hari ketika kami sedang bersiap-siap hendak
berangkat perang, aku meminta beberapa teman untuk membaca sebuah ayat.
Salah seorang lelaki tampil sambil membaca ayat Surah At Taubah ayat 111,
yang artinya sebagai berikut :
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta
mereka dengan memberikan sorga untuk mereka”


Selesai ayat itu dibaca,
seorang anak muda yang berusia 15 tahun atau lebih bangkit dari tempat
duduknya. Ia mendapat harta warisan cukup besar dari ayahnya yang telah
meninggal. Ia berkata:”Wahai Abdul Wahid, benarkah Allah membeli dari
orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan sorga untuk mereka?” “Ya,
benar, anak muda” kata Abdul Wahid. Anak muda itu melanjutkan:”Kalau begitu
saksikanlah, bahwa diriku dan hartaku mulai sekarang aku jual dengan sorga.”


Anak muda itu kemudian mengeluarkan semua hartanya untuk disedekahkan bagi
perjuangan. Hanya kuda dan pedangnya saja yang tidak. Sampai tiba waktu
pemberangkatan pasukan, ternyata pemuda itu datang lebih awal. Dialah orang
yang pertama kali kulihat. Dalam perjalanan ke medan perang pemuda itu
kuperhatikan siang berpuasa dan malamnya dia bangun untuk beribadah. Dia
rajin mengurus unta-unta dan kuda tunggangan pasukan serta sering menjaga
kami bila sedang tidur.


Sewaktu sampai di daerah Romawi dan kami sedang mengatur siasat
pertempuran, tiba-tiba dia maju ke depan medan dan berteriak:”Hai, aku
ingin segera bertemu dengan Ainul Mardhiyah . .” Kami menduga dia mulai
ragu dan pikirannya kacau, kudekati dan kutanyakan siapakah Ainul Mardiyah
itu.
Ia menjawab: “Tadi sewaktu aku sedang kantuk, selintas aku bermimpi.
Seseorang datang kepadaku seraya berkata: “Pergilah kepada Ainul Mardiyah.”
Ia juga mengajakku memasuki taman yang di bawahnya terdapat sungai dengan
air yang jernih dan dipinggirnya nampak para bidadari duduk berhias dengan
mengenakan perhiasan-perhiasan yang indah. Manakala melihat kedatanganku ,
mereka bergembira seraya berkata: “Inilah suami Ainul Mardhiyah . . . . .”


“Assalamu’alaikum” kataku bersalam kepada mereka. “Adakah di antara kalian
yang bernama Ainul Mardhiyah?” Mereka menjawab salamku dan berkata: “Tidak,
kami ini adalah pembantunya. Teruskanlah langkahmu” Beberapa kali aku
sampai pada taman-taman yang lebih indah dengan bidadari yang lebih cantik,
tapi jawaban mereka sama, mereka adalah pembantunya dan menyuruh aku
meneruskan langkah.


Akhirnya aku sampai pada kemah yang terbuat dari mutiara berwarna putih. Di
pintu kemah terdapat seorang bidadari yang sewaktu melihat kehadiranku dia
nampak sangat gembira dan memanggil-manggil yang ada di dalam: “Hai Ainul
Mardhiyah, ini suamimu datang . …”


Ketika aku dipersilahkan masuk kulihat bidadari yang sangat cantik duduk di
atas sofa emas yang ditaburi permata dan yaqut. Waktu aku mendekat dia
berkata: “Bersabarlah, kamu belum diijinkan lebih dekat kepadaku, karena
ruh kehidupan dunia masih ada dalam dirimu.” Anak muda melanjutkan kisah
mimpinya: “Lalu aku terbangun, wahai Abdul Hamid. Aku tidak sabar lagi
menanti terlalu lama”.


Belum lagi percakapan kami selesai, tiba-tiba sekelompok pasukan musuh
terdiri sembilan orang menyerbu kami. Pemuda itu segera bangkit dan
melabrak mereka. Selesai pertempuran aku mencoba meneliti, kulihat anak
muda itu penuh luka ditubuhnya dan berlumuran darah. Ia nampak tersenyum
gembira, senyum penuh kebahagiaan, hingga ruhnya berpisah dari badannya
untuk meninggalkan dunia. ( Irsyadul Ibad ).


sumber : milis – myqur’an
Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Digg
Facebook
Yahoo
Feed

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...